Rabu, 21 April 2010

BELAJAR DARI RUMPUT


Beberapa minggu yang lalu, saya bersama sahabat saya pergi ke Gramedia, Pekanbaru. Niatnya hanya ingin membeli sebuah buku yang memang sudah lama saya inginkan. Tapi, begitu berada di tengah-tengah buku, nafsu untuk membeli buku itu tidak dapat saya tahan, sehingga tiga buah buku baru menjadi tambahan koleksi buku-buku saya di perpustakaan rumah. Dan alhamdulillah, dua buah buku sudah saya khatamkan, tinggal satu buah buku yang memiliki 583 halaman, yang angsur-angsur akan saya targetkan seminggu lagi khatam. Salah satu buku yang saya beli adalah "La Tahzan for Students" karangan Fidi Mahendra. teman saya berkata : "itu mah... untuk siswa-siswi kali... dirimu dah mahasiswa, dah mau Sarjana lagi!" awalnya saya sempat tidak ingin membelinya, tapi saya pikir lagi... ketika kampus saya sedang mengalami permasalahan dan gejolak-gejolak kemarahan kawan-kawan, dosen, dan bahkan pihak Biro, ditambah saya akan menjalani Sidang Seminar pada tanggal 8 April 2010, maka saya menyimpulkan saya butuh penguatan pada diri saya, agar saya tetap sabar, ikhlas, ketika nantinya akan mengalami kesukaran dalam perjalanan penyelesaian Tugas Akhir nanti. Tanggal 7 April, saya temui salah seorang Pegawai Biro yang mengurusi jadwal persidangan. Tapi, jawabannya membuat hati saya tidak tenang, saya disuruh menunggu esok hari yang akan dikabari lewat telpon. Sorenya saya telpon kedua penguji saya, jawabannya juga tidak membuat hati saya tenang, karena diantara mereka berdua bertolak belakang, yang satu mengatakan saya akan tetap ujian, yang satu menjelaskan secara halus dan baik, dan tidak secara langsung tapi saya memahami apa maksud dari perkataan Beliau. Tapi saya tetap menghargai segala keputusan kedua Penguji saya itu. Malamnya, saya berserah diri kepada Keputusan Allah, hanya Dialah yang tahu kapan waktu yang tepat saya ujian. Saya berusaha sekuatnya agar tetap dan mampu untuk bersabar dan ikhlas. Walaupun saya belum tahu, apa yang mesti saya lakukan esok hari. Paginya... Pembimbing saya mengabari saya lewat telpon, kalau mereka berdua tidak akan datang ke kampus untuk melaksanakan persidangan hari ini. Mereka menjelaskan maksud dari semua itu, lagian bukan rahasia umum lagi kabar mengenai kampus saya, Bumi Indonesia sudah mengetahui segalanya, dan tidak ada lagi yg perlu ditutupi. Saya terima keputusan Beliau, bahkan saya merasa bahagia, ternyata Pembimbing saya masih ingat dan sayang kepada saya. Maka saya berangkat ke kampus, dengan pakaian biasa, tidak resmi selayaknya mahasiswa yang akan mengalami seminar. Saya terima,,, saya tidak jadi ujian SEMINAR, dan saya yakin... Allah memberikan saya waktu untuk melatih kesabaran. Kawan... coba engkau turut rasakan kegelisahan dan kesedihan saya sejenak! jadilah posisi saya untuk beberapa detik! Apa yang akan engkau rasakan? Apa yang akan engkau perbuat? Ketika permintaan orang tua terus membututi tiap langkah perjuanganmu menuntut ilmu agar kau cepat menyelesaikan perkuliahan, ketika melihat keringat orang tuamu demi mencari biaya agar engkau menjadi seorang yg berilmu, ketika engkau melihat orang tuamu pulang kerja dengan letih, lelah, capek, dan ketika engkau melihat rawut muka Ibumu saat kau mengatakan "Ma... maaf ma, Ella tidak jadi Seminar hari ini" Ya Allah... Sungguh aku tak mampu dan kuasa melihat kekecewaan itu. Tapi, disaat itu juga, mama tetap memberikan aku sebuah senyuman tulus, ikhlas, dan mampu memberikan percikan-percikan semangat untuk ku. Walau mama tidak berkata apa-apa. Setelah melaksanakan kewajiban saya sebagai seorang muslim, lalu saya mengambil buku "La Tahzan for Students" saya lanjutkan membaca buku tersebut, hingga berada pada bab "Formula Kesuksesan Becoming a smart student" ada judul kecil yaitu : belajarlah pada rumput. Rumput mengajarkan banyak hal, terutama ketahanan. Ilmu sukses bisa kita dapat dengan memerhatikan kehidupan rumput di halaman rumah, rumput di hutan maupun di sawah. Tanaman ini memiliki daya survive yang tinggi. Bagaimana tidak, setiap hari diinjak-injak, setiap hari disiangi, disabit, bahkan dicabut dari tanah, tapi esok harinya rumput kembali tumbuh. Rumput tidak akan mati hanya dengan sekali injak, bahkan ribuan kaki setiap hari menginjaknya pun ia akan tetap hidup. Itulah mental pemenang. Seorang yang berharap sukses di dunia harus memiliki ketahanan menghadapi cobaan, ujian, halangan, gangguan, dan beribu masalah yang hadir dalam kehidupannya. Ia tetap tersenyum meskipun musibah selalu datang. Ia terus bisa menghibur meskipun hatinya sedang bersedih. Ia selalu bergembira di saat lingkungan dan orang di dekatnya bersedih. Ia tumbuh meskipun lingkungan menghambatnya. Ia terus berkembang, emosinya mendalam, dan ilmunya terus meningkat di atas tekanan-tekanan. Ia adalah rumput yang akan selalu tumbuh meskipun selalu diinjak. Allah tidak akan merubah keadaan hidup kita, kecuali kita sendirilah yang berusaha merubahnya seperti yang disebut dalam QS Al-Ra'd (13) : 11. artinya : Allah memberikan sedikit keleluasaan kepada manusia untuk merencanakan massa depannya, untuk mewujudkan impian dan cita-citanya. Allah tidak memaksa kita menjadi polisi, dokter, ataupun satpam, karena hal itu berada pada wilayah ikhtiar kita. yang Allah kehendaki, kita mentauhidnya dan berbuat baik sebagai implementasi tauhid itu. Semangat hidup rumput adalah semangat perjuangan karena hidup hakikatnya adalah berjuang untuk tetap eksis. Karena itu, hidup tidaklah mudah. Allah menghadirkan ujian dan cobaan hidup adalah untuk menolong kita, untuk mempercepat akselerasi dan laju gerak kita dalam meraih cita-cita. Tanpa ujian, tak akan ada kenaikan level, keimanan, serta keilmuan kita. yang harus kita lakukan sederhana, yaitu meniru rumput yang tahan terhadap ribuan injakan setiap harinya. Bisakah kita menjadi rumput yang tetap hijau meskipun harus diinjak? tetap bersemi meskipun disiangi? dan terus menancapkan akar-akarnya meskipun sering dicabut? KITA HARUS BERLATIH UNTUK SIAP TUMBUH DAN BERKEMBANG PADA KONDISI SESULIT APAPUN Kita harus belajar bagaimana tabah menghadapi ujian, dan Kita harus berusaha memahami arti KETAHANAN DIRI. Berjuanglah!!!

SEANDAINYA STOP SEANDAINYA


Kawan,,, masih sering mendengar, menulis, membaca, bahkan mengatakan kata "SEANDAINYA" bukan? nah... melalui catatan ini, saya ingin mengajak kawan-kawan untuk berhati-hati menggunakan kata tersebut. Bagi yang sudah tahu, maka saya kembali mengingatkan... bagi yang tidak tahu, Yuk! sama-sama kita renungkan... Kawan... sadarkah anda kita mengatakan kata seandainya bisa menimbulkan konotasi negatif? bisa menimbulkan suatu makna bahwa kita tidak bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Pencipta kepada kita? Allah berfirman : "Dan ketika Tuhanmu memaklumkan : "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Q.S Ibrahim : 7) mari kita simak kisah dibawah ini (hanya sebuah ilustrasi dalam pikiran saya) Suatu hari, hiduplah dua orang kakak beradik yang telah yatim piatu. Mereka berdua orang yang taat beribadah dan selalu berikhtiar serta berdoa dalam menjalani aktifitasnya. Orang Tuanya tidak begitu banyak meninggalkan warisan, hanya sebuah rumah dan sehektar sawah. Itulah yang tiap hari mereka kerjakan. seperti pesan terakhir ayahnya, "nak... pergilah engkau berkerja ketika orang lain masih tertidur dan matahari belum menampakkan dirinya, dan pulanglah ketika matahari telah bersembunyi diperaduannya." Pesan terakhir itulah yang selalu ditaati oleh mereka berdua. Bertahun-tahun mereka menekuni hidup mereka yang sederhana dan secukupnya, sampai suatu hari ketika mereka membeli pupuk di Kota, mereka melihat seorang Pengusaha yang sedang berbincang-bincang dengan penjual pupuk tersebut. Pengusaha tersebut seperti pengusaha lainnya, berpakaian dengan menggunakan jas lengkap dengan dasinya, sambil menggenggam sebuah ponsel. Tidak hanya itu sebuah mobil Grand Livina yang mengkilap menambah poin plus kekayaan hartanya. Seketika itu juga sang kakak berkata kepada adeknya "Seandainya kita punya mobil seperti dia dx, gak mesti kita panas-panas jauh berjalan kaki hanya untuk pergi membeli pupuk ke sini!" lalu sang adek beristighfar... sembari berkata, "Kak... Allah tahu apa yang di LakukanNya, Allah tidak tidur kak, kita harus bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah kepada kita, walaupun itu hanya sebuah udara, sebuah hati, sebuah jantung, yang kalau salah satu itu tidak ada pada kita kak, maka kita tidak akan dapat menikmati indahnya pemadangan di kampung kita, segarnya udara yang kita hirup, bahkan nikmatnya memakan hasil panen kita kak." Sang Kakak hanya menggerutu, cemberut dengan pernyataan adeknya. Lalu Pengusaha itu berjalan menuju kemobilnya dan segera mengendarai grand livina tersebut dengan sombong dan terburu-buru. Ketika sang Kakak Adek itu selesai dengan urusannya, maka mereka memutuskan untuk pulang dengan menggunakan jasa angkutan umum. Sebab uang untuk membeli pupuk tersebut, bersisa dan bisa digunakan untuk membayar ongkos. Tiba-tiba kondisi perjalanan menjadi macet, sehingga membuat sang kakak penasaran dan ikut turun dari Bus bersama penumpang yang lain. Lalu sang kakak tercengang, diam mematung ditempat ketika melihat sebuah mobil yang baru beberapa menit dilihatnya bersama adiknya disebuah Toko penjual pupuk, hancur dan rusak bersama seorang mayat yang berdarah di depan stir mobil tersebut. Seketika itu juga sang kakak beristighfar, memohon ampun kepada Allah. begitulah kisah yang sederhana yang dapat saya tulis, walaupun sang kakak hanya menggunakan sekali saja kata seandainya tapi telah memaknakan bahwa dia sedang lupa, akan nikmat yang Allah berikan kepadanya. Dan dengan segera, Allah memperlihatkan kepadanya atas apa yang ia katakan tersebut. Seandainya saja sang Kakak memiliki mobil tersebut, bisa saja nasib sang kakak sama persis dengan Pengusaha itu. "Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tiak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara merka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya". QS. Al-A'raaf : 17-18, Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Begitu juga dengan keseharian kita, terkadang kita selalu mengucapkan kata "SEANDAINYA" walaupun itu tidak terucap dengan lisan, tapi terkadang hati kita berbicara menggunakan kata tersebut, bisa saja seperti : "seandainya IPK aku 3,8 maka..." "seandainya aku dilahirkan di kelurga seorang yang kaya raya" "seandainya aku bisa liburan ke Bali" dan seandainya, seandainya, seandainya... Hayuk kawan-kawan, mulai sekarang jangan sebutkan kata itu jika menimbulkan tafsiran yang negatif. Dan Allah mengetahui segala apa-apa yang ada di dalam hatimu, bahkan apa-apa yang terdapat di dalam lubang sekecil lubang semut. maka... "STOP SEANDAINYA" bukan seandainya stop seandainya

Kamis, 01 April 2010

KEBERANIAN

Beragam perjuangan telah kita jalani, seperti perjuangan mewujudkan cita-cita, perjuangan mengatasi kesulitan dan kegagalan, perjuangan untuk menggapai kemenangan dalam kompetisi. Dalam menjalani semua perjuangan tersebut, kita pasti menggunakan banyak instrumen dan yang paling penting adalah keberanian.


Keberanian adalah kekuatan. Catatan sejarah telah membuktikan begitu banyak prestasi spektakuler yang tercipta di dunia ini karena adanya faktor keberanian, baik di bidang olahraga, leadership, ilmu pengetahuan, maupun bisnis. Kalau begitu, apa pun bidang yang kita tekuni, kalau ingin sukses dan menang, kita harus punya keberanian. Keberanian untuk mencoba, keberanian untuk memperjuangkan cita-cita.


Keberanian merupakan aset yang berharga bagi kita, karena keberanian bisa membuat sesuatu yang mustahil menjadi mungkin. keberanian bisa mengubah sikap negatif menjadi positif, loyo menjadi semangat, pasif menjadi aktif, pesimis menjadi optimis, miskin menjadi kaya, gagal menjadi sukses. Kalau sudah menyadari besarnya kekuatan keberanian, berarti kita harus memanfaatkannya semaksimal mungkin dengan :


Berani Bercita-cita Tinggi
Berani Bangkit dari Kegagalan
Berani Belajar dari Kelemahan dan Kesalahan
Berani MEMBAYAR HARGA KEBERHASILAN


maka.......................


Jika Anda berpikir kalah, Anda telah kalah
Jika Anda berpikir tidak berani, Anda adalah penakut
Jika Anda berpikir kalah ketika ingin menang, Sesungguhnya Anda telah GAGAL
Jika Anda ingin menang, maka Anda harus Berpikir
Karena Sukses akan ditentukan oleh Pikiran Seseorang
Pemenang dalam hidup ini tidak ditentukan oleh kekuatan dan kecepatan
Seorang Pemenang adalah yang selalu berpikir, SAYA BUKAN PECUNDANG

"ILMU bersanding filosofi "SAYA BISA!"

Seiring dengan perjalanan usiaku yang dalam waktu, terhitung dari tiap jam, menit, detik yang terus berlalu dan meninggalkanku pergi, dan terus pergi mengurangi batas usiaku yang telah ditentukan olehNya. Aku dengan hari-hari proses kebijaksanaan dalam kedewasaan yang terus menuntunku hingga aku akan berlabuh pada suatu labuhan ilmu, dan akan terus beranjak untuk kembali berlayar ke samudra ilmu mencari pelabuhan berikutnya.

Dalam hari-hari yang telah aku lalui, berbagai pengalaman telah banyak terukir dan meninggalkan kenangan, baik yang tercipta dengan suka ataupun duka, baik yang penuh dengan canda dan tawa, melewati onak dan duri kehidupan, atau kisah klasik yang mengharu biru, lengkap sudah bumbu penyedap rasa dalam usia ini, menjadi pedoman kelak bekalku nanti.

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa yang melakukan perjalanan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkannya jalan ke syurga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayapnya bagi pencari ilmu karena senang dengan apa yang diperbuatnya. Dan sesungguhnya seorang yang berilmu akan dimintakan ampunan oleh seluruh mahkluk yang ada di langit dan bumi, termasuk ikan di dalam air. Dan keutamaan seorang yang berilmu dibandingkan dengan seorang yang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas bintang-bintang. Sesungguhnya para nabi itu tidak mewariskan dinar dan dirham (harta), tetapi mereka hanya mewariskan ilmu, maka barangsiapa memeganginya maka ia memperoleh bagian yang sempurna."

Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi hamba Allah yang beriman dan beramal shaleh, dengan ilmu pula, manusia mampu mengolah kekayaan alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian, manusia juga mampu menjadi hambaNya yang bersyukur, dan hal itu memudahkan menuju syurga.

Teman… saya ingin mengajak bersama-sama untuk sejenak berimajinasi dengan berjuta-juta impian. Banyak hal yang dapat kita pikirkan, engkau tahu teman? Otak yang berada dalam tempurung kepala kita mampu mengingat dan berpikir beribu-ribu juta hal, dan seberapa banyak engkau mampu berpikir, maka segitulah batas kemampuan dirimu untuk dapat MELAKUKANNYA!!! Dan sejauh mana engkau menargetkan batas impianmu, maka hanya segitulah batas usahamu dalam pencapaiannya. Seperti : apabila kau memiliki impian ingin menjadi Kepala Dinas, maka usaha yang engkau lakukan hanya sebatas usaha yang bisa sampai untuk menjadi seorang Kepala Dinas, tapi apabila engkau memiliki impian ingin menjadi Presiden, maka usaha yang engkau lakukan yaitu usaha yang bisa sampai untuk menjadi seorang Presiden.

“Ahhhhhh,,, gak mungkin dong saya jadi Presiden wong cuma lulusan S1 sementara yang lain dah banyak yang lulusan S2, S3 bahkan mau nambah sampe S (es) terjual habis!” mungkin itulah pernyataan yang terlontarkan dalam pikiran kawan2 ketika membaca tulisan diatas, atau mungkin ada berbagai macam pernyataan dari kawan2 semua, tapi… alangkah sempurnanya ketika kita menyadari bahwa kita berbeda . Karena perbedaanlah yang dapat menyatukan kita, karena perbedaanlah tercipta “Bhinneka Tunggal Ika”, karena perbedaanlah kita dapat serasi, selaras, dan seimbang. So… berargumenlah sesuka hati, tidak dilarang keras dalam note ini, asal dengan bahasa yang sopan dan tidak menyakiti hati.

Nah… segala ketidakmungkinan itu akan menjadi mungkin apabila engkau mengganti filosofi pada dirimu dari SAYA TIDAK BISA menjadi SAYA BISA! Jadi… sesungguhnya engkau itu MAMPU untuk menaklukkan ilmu yang tercemar dan berserakan di jagad raya ini. Engkau BISA mengumpulkan kembali puzel-puzel ilmu yang bertaburan bagaikan oksigen yang tanpa batas walau dihirup oleh beribu-ribu makhluk hidup di dunia. Sekarang… mulailah untuk mengikrarkan impianmu, lalu buatlah planning yang sesuai dengan proses pencapaian impian tersebut, lalu… KEJAR MATAHARIMU TEMAN! Dan genggamlah! Engkau pantas menerimanya.

Eiiiitttsss… tunggu dulu! Seperti kata pepatah Arab “ILMU YANG TIDAK DIAMALKAN IBARAT POHON TANPA BUAH” so… LAKUKANLAH!