Selasa, 30 November 2010

BUDAYA MALU

Tampaknya budaya malu tidaklah lagi memasar dalam lingkungan pergaulan anak muda zaman sekarang. Tak jarang kita melihat rutinitas zina yang bersemayam tidak hanya pada tempat yang remang-remang tapi juga terjadi di tempat yang terang benderang. Tanpa malu pada yang muda, tanpa hormat pada yang tua, dan tanpa dosa berzina di depan mata. Hasil survey yang mengatakan bahwa Indonesia mengungguli peringkat lima besar dalam kompetisi Negara Terbanyak pengidap HIV sudah menjadi rangkaian senyuman pada kita semua. Ini akan menjadi rekor pada negara yang mayoritas muslim di bumi Ibu Pertiwi.

Malam itu, saya dan adik saya bepergian ke salah satu tempat wisata yang ada di Kota Jogja, kota Pelajar katanya. Mengingat rutinitas siang hari yang begitu padat dan membuat lelah, sehingga hati kami pun tergoyah untuk menikmati malam hari di alun-alun kota tersebut. Mobil pun di parkirkan dengan baik dan sempurna, sesempurna SIM A adek saya yang dengan manis tersimpan di dalam dompet cokelatnya. Saya pun membuka pintu mobil, dengan gemulai turun, keluar dan menghirup udara malam kota Jogja pasca gempa. Rindu, yah... sedikit rindu dengan kota ini, kota yang akan menjadi tumpuan pencarian ilmu pasca sarjana.
Lalu saya berjalan menghampiri adek saya, dan kamipun menyeberang menuju lapangan alun-alun.

Baru saja sampai diseberang, pemandangan indah yang membangkitkan birahi nafsu syetan menjadi tontonan gratis semua umat yang berada di alun-alun tersebut. Indah... sangat indah dan bergairah! seketika itu juga, saya lepaskan tangan adek saya, lalu saya berlari menjauh dari tempat laknatullah tersebut.


Inilah budaya yang memalukan!!!
Saya kecewa... saya kecewa telah terdampar di Kota yang saya pikir saya tak mampu dan kuasa untuk menghadapi cobaan-cobaan tersebut. Saya Marah! benar-benar marah! tapi krisis budaya malu telah membudaya. Tak heran memang kalau terjadi pernikahan di usia dini, bukan nikah karena terpaksa, tapi terpaksa nikah.

Masalah keperawanan tidaklah menjadi persoalan penting tampaknya. Harga keperawanan telah diperjualbelikan dengan obral, sale yang semurah-murahnya, ibarat pedagang, cuci gudang katanya. Tidak malu dan tidak tahu malu! tapi inilah yang menjadi fenomena yang membumi di bumi pertiwi, tak gaul kalau zaman sekarang masih virgin! Saya pikir,,, hukum yang telah berlaku di Indonesia sudah jelas menerangkan secara tegas mengenai kebebasan dalam sistem demokrasi. Yang merangkum pernyataan "Tidak ada haktanpa Kewajiban dan tidak ada Kewajiban tanpa Hak".

Permasalahan UU Pornografi dan Pornoaksi yang banyak menimbulkan polemik dalam tatanan hukum positif di Indonesia membuat masing-masing pakar masih tetap berada di tempat terhadap pendapatnya.
Yah... hak mereka mau berbuat apa seenak hatinya dimana saja, tapi sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk menjaga kenyamanan antar sesama, terlebih ditempat umum, tempat dimana publik selalu muncul. Dan... masih menjadi PR buat saya "Kemana PP (Pamong Praja) di kota Jogja?"

2 komentar:

  1. sangat bnar yg buk bilang, mg tak ada malu lgi msyrkt indonesia utk berbuat hal yg tak baik.

    ne bagin terakhir...
    Tpi menurut syukri, seharusnya masyarakat sekitar itu yg harus bertibdak cepat, klu buk tanya dmna PP na, PP nya tdak mendapatkan setiap hari surat dinas untuk oprsi dilpngan, dan ad mukin PP pernah ket4 kejadian tpi tak terlihat oleh petugas ada hal yg menyalah. ne menurut saya. mf klu ada salah.

    BalasHapus
  2. Ya Syuuukk... budaya malu yg sudah tak ada

    BalasHapus