Jumat, 14 Mei 2010

MARI, kembali menghargai hal-hal kecil


Teman...
banyak hal-hal kecil yang selalu kita anggap remeh temeh, bahkan tanpa kita sadari kita telah mengabaikan hal terkecil itu, padahal sejogjanya hal terkecil itu dapat menimbulkan efek yang besar. Hal ini diluar konteks, ketika kawan-kawan menyikapi permasalahan kecil yang lalu di lebay bin alay kan! hehehe... terkadang tipe manusia juga ada yang seperti itu. Dan bahkan hal itu dapat menimbulkan perpecahan.
Nah... dalam hal ini, saya tidak mengajak kawan-kawan untuk mempersoalkan masalah kecil, tapi mengajak untuk menghargai hal-hal yang terkecil.

Terutama buat kawan-kawan Aktifis Kampus, ataupun Mahasiswa Aktifis, atau Mahasiswa Kuliah sambil Kerja, atau apalah yang kawan-kawan sebutkan untuk mereka yang SELALU BERJUANG dalam proses perjuangan pencapaian hakikat hidup hakiki manusia.

Hal terkecil yang biasanya kawan-kawan lalaikan pada diri PRIBADI anda adalah "POLA MAKAN dan ISTIRAHAT yang TIDAK TERATUR" hal ini tidak terkecuali buat saya sendiri. Dari survey yang telah saya lakukan untuk sebagian mahasiswa aktifis UNRI, kebanyakan mengidap penyakit Maag (bahkan sudah ada yang kronis) dan terserang penyakit tyfus. Hal ini sangat mengecewakan, padahal amanah yang kita emban sebagai aktifis kampus menuntut kita agar dapat bekerja dengan maksimal dan hal ini haruslah didukung oleh fisik dan mental yang sehat serta ruh yang beriman serta bertakwa. Jadi dengan pribadi yang sehat tentunya dapat membantu kita agar dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. seperti slogan yang selalu dilontarkan oleh ahli kesehatan "LEBIH BAIK MENCEGAH DARIPADA MENGOBATI"

Alternatif yang dapat saya berikan adalah, "MANAJEMEN WAKTU" kembali untuk dapat hidup DISIPLIN (terutama buat diri saya sendiri). Walaupun saya yakin, hal ini telah sering kawan-kawan dengar dalam berbagai pelatihan, atau dari Pembimbing/Pembina anda baik di kelompok kecil ataupun dalam organisasi besar, tapi saya kembali mengingatkan. Bukankah kita ini bersaudara? dan kewajiban saudara sesama saudaranya salah satunya adalah "SALING MENGINGATKAN".

Selanjutnya, hal terkecil yang biasanya sering kita lalaikan pada ORANG LAIN adalah "SIKAP SALING MENGHARGAI". Saya kembali mengajak kepada kawan-kawan semua, terutama ketika anda diembankan sebuah amanah menjadi seorang PEMIMPIN, maka jangan lupakan dua kata, yaitu : "MAAF dan TERIMAKASIH"

Sebagai Pemimpin tentunya secara struktural kita adalah orang yang pertama, yang memiliki kewenangan yang dapat "MEMERINTAH atau memberi tugas" kepada orang yang berada di bawah garis koordinasi kita. Saya ingin mengajak kawan-kawan, walaupun secara struktural anda adalah PETINGGI maka alangkah baiknya ketika anda menganggap kawan-kawan yang berada di bawah itu adalah "MITRA/PARTNER" dan bukan bawahan anda. Maka sikap yang elok adalah menghargainya sebagai TEMAN, yang walaupun jarak usia jauh berbeda, tentunya dengan tidak mengurangi esensi kasih sayang terhadap yang lebih muda serta penghormatan terhadap yang lebih tua.

Namun apa kaitannya dengan kata MAAF serta TERIMAKASIH?

Terkadang ketika kita menjadi pemimpin, atau paling tidak menjadi Pemimpin dalam Rapat kecil, maka tentunya kita saling menghargai pendapat kawan-kawan yang berada dalam forum terlepas dari ukuran usianya. Kenapa hal ini saya jadikan sebagai contoh? Karena hal sepele inilah yang sering terjadi dalam sebuah forum, hal dimana ketika pendapat dari yang muda (junior) sering diabaikan, padahal apa yang mereka argumentasikan cenderung berisi dan berbobot. Kalaupun seandainya, apa yang disampaikan itu memang tidak berpengaruh apa-apa terhadap apa yang sedang di bahas, maka lakukan penolakan dengan argumentasi secara lembut (tidak terkesan terlalu kontra) dengan tidak melupakan kata "Terimakasih atas pendapat Adinda, tapi alangkah baiknya kalau ..........."

Atau dalam sebuah tugas, katakanlah dia yang sebagai anggota panitia yang hanya bertugas sebagai penempel pamflet di tiap-tiap fakultas, atau bertugas untuk dokumentasi acara, atau tugas lainnya, maka saya ingin mengajak kawan-kawan Pemimpin, agar jangan lupa mengucapkan kata TERIMAKASIH setiap apa yang mereka lakukan walaupun tugas itu adalah tugas terkecil dalam sebuah acara. Memang kita semua dituntut untuk bekerja secara ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa, terlebih lagi pujian ataupun ucapan terimakasih. Tetapi KENAPA hal ini saya jadikan PENTING? karena, ketika anda mengatakan kata tersebut, secara Psikologis akan mempengaruhi jiwa dan semangatnya dalam bekerja dan berusaha demi mensukseskan apa yang kawan-kawan kerjakan.

Bukankah kita ini adalah dalam satu kesatuan? Kita ini adalah simbol mutualisme, simbol rantai makanan antara satu dengan lainnya. Ketika yang satu punah atau tidak ada, maka rantai makanan akan terhenti dan terjadi kepunahan terhadap semuanya. Kita adalah rangkaian puzzle, kita adalah sebuah puzzle tersebut terhadap puzzle-puzzle kehidupan saudara kita, yang ketika sebuah saja hilang, maka kita tidak akan dapat merangkai Puzzle dan melihat gambar apa yang ada dalam permainan puzzle tersebut.

Begitu juga dengan kata MAAF. Perkataan maaf tidak menghilangkan kemuliaan seseorang, baik dia yang meminta maaf ataupun dia yang memberi maaf, siapa saja yang memulai terlebih dahulu. Hal sepele yang sering terjadi adalah, ketika kita menjadi Pemimpin, kita merasa enggan dan malu untuk meminta maaf. Padahal sejogyanya kita tahu, bahwa kitalah yang bersalah. Lalu kenapa kita merasa enggan dan malu untuk meminta maaf? Padahal dengan kesalahan-kesalahan terkecil dapat menjadi besar, karena kita begitu berbeda dengan beragam pendapat, pikiran, serta sikap yang berbeda-beda. Ketika kita telah sadar bahwa kita bersalah, maka lakukan upaya MAAF. (Ketika upaya Maaf tidak diterima, maka lakukan upaya Banding atau Kasasi, Just For Fun ^_^).

Kenapa hal ini saya jadikan PENTING? Karena ketika sudah terjadi suatu kesalahan dalam interaksi kita, atau komunikasi, maka hal tersebut tentunya akan berpengaruh juga dengan psikologis atau mentalitas dari kawan tersebut. Yang mana, mereka jadi enggan untuk bekerja, bahkan tidak hanya itu, bisa saja mereka menolak dan menentang untuk berada dalam perjuangan bersama-sama. Yang lebih dahsyat lagi, ketika mereka tidak lagi ingin berteman dengan kita. Bukankah hal ini dapat memutuskan tali silaturahmi yang telah terbina? Ketika kawan-kawan menganggap apa yang saya katakan terlalu hiperbol, tapi hal ini tidak menutup kemungkinan akan terjadi ketika kawan-kawan melalaikan hal SEPELE tersebut.

Sekali lagi saya tegaskan, "Kita berbeda" yah... kita berbeda! kawan-kawan tau itu. Dan begitu banyak perbedaan-perbedaan diantara kita yang HARUS KITA HARGAI. Begitu juga, perbedaan pendapat, karena apa yang kawan-kawan pikirkan belum tentu sama dengan pikiran kawan-kawan yang lain.
SALAM PERUBAHAN!
SALAM PERBEDAAN!
SALAM SATU KESATUAN!
rangkai INDONESIA dalam BHINNEKA TUNGGAL IKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar